Trichoderma dari Desa Bangun Rejo: Saat Petani Musi Rawas Belajar Mandiri dari Alam

MUARA BELITI, FAJARSUMSEL. COM – Udara pagi itu di Desa Bangun Rejo di Kecamatan Sukakarya, Kabupaten Musi Rawas (Mura(, terasa lebih sejuk dari biasanya. Di halaman balai desa, puluhan petani dan ibu-ibu dari Kelompok Tani (Poktan) Makmur Jaya serta Kelompok Wanita Tani (KWT)Karya Jaya tampak antusias menatap tumpukan bahan sederhana di depan mereka berupa gula merah, larutan EM–4, jerami kering, dan drum biru besar.

Hari itu bukan sekadar hari biasa. Mereka sedang belajar hal baru: membuat Trichoderma dan pupuk organik, sebuah keterampilan bisa menjadi kunci menuju pertanian lebih mandiri dan berkelanjutan.

Pelatihan itu diinisiasi PT Pertamina EP (PEP) Pendopo Field melalui Program Musi Rawas Sustainability digelar pada 24 Oktober 2025 lalu. Sebuah langkah nyata dari perusahaan energi nasional itu untuk mendukung pertanian ramah lingkungan di sekitar wilayah operasionalnya.

Belajar Menghidupkan Tanah Kembali

“Tanah di sini sudah mulai ‘lelah’,” tutur Suwarti, Kepala Balai Penyuluh Pertanian Sukakarya, turut mendampingi pelatihan hari itu. “Selama ini petani terlalu bergantung pada pupuk kimia. Hasil memang cepat, tapi tanah jadi keras, nutrisi berkurang,” akunya.

Pelatihan itu memperkenalkan Trichoderma, sejenis jamur baik bisa membantu mengurai bahan organik dan menekan pertumbuhan jamur penyebab penyakit tanaman. Dengan bahan-bahan lokal yang mudah didapat, para petani diajarkan cara membuatnya sendiri—tanpa harus membeli pupuk mahal.

“Rasanya senang sekali,” kata Siti Rahmah (42), anggota Kelompok Wanita Tani Karya Jaya yang sejak pagi ikut mengaduk campuran fermentasi. “Selama ini kami cuma tahu beli pupuk di toko. Ternyata bisa buat sendiri, dan hasilnya lebih alami,” tambahnya.

Siti mengaku baru tahu bahwa limbah pertanian seperti jerami bisa diolah kembali menjadi pupuk cair dan kompos. “Dulu dibakar saja. Sekarang tahu caranya dimanfaatkan. Hemat, dan tanaman juga sehat,” ujarnya sambil tersenyum.

Dari Drum Biru Menuju Lahan Hijau

Sebagai bentuk dukungan, PEP Pendopo Field juga menyerahkan bantuan enam drum besar berkapasitas 200 liter, enam ember, dua terpal besar, serta bahan fermentasi seperti gula merah dan EM–4. Bantuan itu tampak sederhana, tapi di tangan petani, ia menjadi modal kecil yang bisa menumbuhkan perubahan besar.

Menurut Iwan Ridwan Faizal, Manager Community Involvement and Development (CID) PHR Regional I Sumatera, pelatihan ini bukan sekadar berbagi ilmu, tapi membangun kesadaran baru.

“Kami ingin petani memahami bahwa menjaga bumi juga bagian dari menjaga kehidupan. Pendekatan ini sejalan dengan prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG) yang dijalankan Pertamina,” ujarnya.

Baginya, pertanian berkelanjutan bukan hanya urusan teknik tanam, tapi juga tentang membangun kemandirian ekonomi desa. Dengan memahami proses alami, petani bisa memproduksi pupuk sendiri, menekan biaya produksi, dan menjaga kualitas lahan untuk jangka panjang.

Ilmu Tak Hanya Tersimpan di Buku

Tak hanya para petani laki-laki, ibu-ibu dari kelompok wanita tani pun terlihat bersemangat. Mereka mencatat setiap langkah, menimbang bahan, dan bertanya tanpa henti. Bagi mereka, ilmu ini bukan sekadar tambahan pengetahuan, tapi peluang untuk membantu ekonomi keluarga.

“Kalau sudah bisa buat pupuk sendiri, kami bisa jual juga ke petani lain,” kata Nuraini (37), anggota KWT Karya Jaya. “Sedikit-sedikit, bisa jadi tambahan penghasilan,” akunya.

Kepala Desa (Kades) Bangun Rejo, Muhamad Asfar, menilai kegiatan ini sebagai langkah nyata pemberdayaan.

“Pelatihan ini membawa ilmu yang langsung bisa diterapkan. Warga kami senang karena mereka dilibatkan, bukan hanya diberi bantuan,” ujarnya.

Menurutnya, apa yang dilakukan PEP Pendopo Field ini berbeda. “Biasanya program CSR hanya seremonial, tapi kali ini benar-benar terasa manfaatnya,” tambahnya.

Langkah Kecil, Dampak Panjang

Bagi sebagian orang, mungkin membuat pupuk organik hanyalah aktivitas kecil di desa. Namun bagi para petani Bangun Rejo, ini adalah simbol perubahan dari ketergantungan menuju kemandirian.

Ke depan, PEP Pendopo Field berencana melanjutkan program serupa dengan pelatihan kewirausahaan dan manajemen keuangan, agar petani tak hanya mahir bertani, tapi juga cerdas mengelola hasilnya.

“Pertamina ingin masyarakat sekitar wilayah operasi ikut tumbuh bersama. Bukan hanya secara ekonomi, tapi juga dalam kesadaran menjaga lingkungan,” tegas Iwan Ridwan Faizal.

Dari Desa Bangun Rejo, semangat perubahan itu mulai tumbuh. Di balik drum biru dan aroma fermentasi, para petani menemukan harapan baru, bahwa dari tanah dijaga dengan cinta, akan tumbuh kehidupan lebih baik. (rin)