Bijaksana Dalam Menyikapi Musibah Gempa

  • Bagikan

Mohamad Mufid, M. Pd.I, Ketua PD IKADI Prabumulih

PADA Pekan ini, tepatnya hari Senin, 21 Nopember 2022 pukul 12.15 bangsa Indonesia dikejutkan dengan peristiwa dahsyat gempa bumi yang menimpa Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat. Gempa berkekuatan 5.6 skala richter ini, berdampak ke wilayah kabupaten Bogor dan goncangannya dirasakan ke sejumlah daerah sekitar Bandung, Jakarta dan Bekasi.

Peristiwa gempa yang kejadiannya begitu singkat, telah mengakibatkan ratusan orang meninggal dunia. Ribuan orang kehilangan tempat tinggal, sebagian lagi dilaporkan hilang karena tertimpa rumah dan tanah. Diprediksi  korban akan terus bertambah.

Marilah kita sebagai hamba Allah ta’ala yang beriman, peristiwa gempa ini kita jadikan sebagai ibrah atau pelajaran bagi manusia yang masih hidup untuk meningkatkan kualitas iman dan taqwa kepada Allah swt. Barangkali kita merasa sedih saudara kita yang menjadi korban gempa telah dipanggil Allah swt dalam kondisi mengenaskan, tertimpa rumah dan bangunan. Mudah-mudahan atas izin Allah ta’ala, mereka meninggal dalam kondisi syahid di jalan Allah swt. Mudah-mudahan mereka kembali kepada Allah dalam kondisi husnul khatimah. Aamiin.

Justru yang menjadi bahan renungan kita saat ini adalah bagaimana dengan persiapan kita menghadap Allah ta’ala? Apakah bekal iman dan taqwa kita sudah mencukupi untuk kita laporkan kepada Allah Sang Pemberi Kehidupan? 

Sahabatku dimanapun Anda berada.

Musibah gempa yang menimpa saudara-saudara kita di Cianjur mengingatkan kita pada beberapa firman Allah ‘azza wajalla, diantaranya adalah surat Al Hadid ayat 22.

مَآ أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ فِى ٱلْأَرْضِ وَلَا فِىٓ أَنفُسِكُمْ إِلَّا فِى كِتَٰبٍ مِّن قَبْلِ أَن نَّبْرَأَهَآ ۚ إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى ٱللَّهِ يَسِيرٌ

“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.”

Ayat di atas sangat jelas memberikan informasi bahwa perstiwa alam semesta yang terjadi, baik di siang atau malam hari seperti gempa bumi adalah kehendak murni dari Sang Pemilik Kehidupan, Allah swt.

Memang benar, gempa bumi terjadi karena fenomena alam seperti pergerakan lempeng bumi dan aktifitas vulkanik. Akan tetapi bagi orang yang beriman, gempa bukan hanya sekedar bencana alam, akan tetapi juga sebagai pertanda adanya pesan dan peringatan dari Allah agar manusia kembali kepada agamanya.  Dan kita sebagai manusia yang dianugerahi akal dan iman, harus mampu memetik hikmah dari musibah gempa ini.

Gempa bumi bagian tanda kiamat

Peristiwa gempa bumi melanda negeri tercinta Indonesia bukanlah yang pertama kali. Sebelumnya gempa bumi pernah melanda beberapa daerah, seperti Aceh (2004), Nias (2005), Pangandaran (2006), Jogjakarta (2006), Padang (2009), Donggala, Palu (2018) dan terakhir di Cianjur baru – baru ini.

Berkaitan dengan ini, marilah kita simak kembali pesan dan nasihat Rasulullah saw empat belas abad yang lalu. Beliau menegaskan bahwa hari kiamat tidak akan terjadi kecuali sebelumnya telah didahului dengan banyak gempa bumi yang terjadi di berbagai belahan bumi.

Imam Al-Bukhari rahimahullah meriwayatkan dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, “Rasulullah saw bersabda,

لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يُقْبَضَ الْعِلْمُ وَتَكْثُرَ الزَّلَازِلُ وَيَتَقَارَبَ الزَّمَانُ وَتَظْهَرَ الْفِتَنُ وَيَكْثُرَ الْهَرْجُ وَهُوَ الْقَتْلُ الْقَتْلُ حَتَّى يَكْثُرَ فِيكُمْ الْمَالُ

”Kiamat tidak akan terjadi sampai ilmu diangkat dan banyak gempa bumi, waktu menjadi terasa singkat, fitnah merajalela dan banyak terjadi al-harju yaitu pembunuhan, pembunuhan, hingga beredar banyak harta di antara kalian.”

Kemudian sebuah hadits dari sahabat Salamah bin Nufail as-Sakuni radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata,

كُنَّا جُلُوسًا عِنْدَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. (وَذَكَرَ الْحَدِيْثَ وَفِيْهِ) وَبَيْنَ يَدَيِ السَّاعَةِ مُوتَانٌ شَدِيدٌ وَبَعْدَهُ سَنَوَاتُ الزَّلاَزِلِ

“Kami pernah duduk-duduk bersama Rasulullah (lalu beliau menyebutkan haditsnya) dan sebelum Kiamat ada dua kematian yang dahsyat, dan setelah itu adalah tahun-tahun gempa bumi.” [Hadits shahih riwayat Ibnu Majah]

Langkah Bijaksana Menyikapi Gempa

Pertanyaannya kemudian, bagaimanakah langkah bijaksana dalam menyikapi bencana dan musibah yang menimpa saudara kita di Cianjur?  Paling tidak ada tiga sikap bijaksana yang harus kita renungkan bersama.

Pertama, membantu meringankan beban musibah sesuai dengan kemampuan.

Sesama saudara sebangsa setanah air, apalagi sesama saudara satu keimanan, sudah sepantasnya kita memberikan bantuan untuk meringankan beban saudara kita. Hal ini ditekankan oleh Rasulullah saw.

قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا، نَفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ، يَسَّرَ اللهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا، سَتَرَهُ اللهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، وَاللهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ

“Barang siapa menghilangkan kesusahan dari orang mukmin, Allah akan menghilangkan kesusahannya di hari kiamat. Barang siapa membantu orang yang kesulitan, Allah akan memudahkannya urusannya di dunia dan akhirat. Barang siapa menutupi aib orang muslim, Allah akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat. Allah akan selalu melindungi hamba-Nya selama menolong saudaranya (HR Muslim)

Untuk itu, marilah kita sisihkan sebagian rezeki kita untuk meringankan beban korban gempa bumi melalui instansi yang terpercaya, seperti Baznas, PMI, dan lembaga penyalur bantuan lainnya. Karena sejatinya ujian kehidupan bukan hanya yang tertimpa musibah saja. Kita pun yang diberi kelapangan harta diuji oleh Allah swt seberapa perhatian kita kepada saudara-saudara kita.

Pentingnya solidaritas kepada sesama muslim diibaratkan Rasulullah saw bagaikan satu tubuh. Jika ada sebagian tubuh kita yang sakit, anggota tubuh yang lain pun merasakan sakit.

مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى

“Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal kasih sayang bagaikan satu tubuh, apabila satu anggota badan merintih kesakitan maka sekujur badan akan merasakan panas dan demam.” (HR. Muslim).

Begitu juga ketika saudara kita sedang ditimpa musibah gempa bumi, kita pun turut prihatin dan pastikan kita ikut membantu mereka sesuai dengan kemampuan kita. Jika kita mampu membantu dengan fisik, berikanlah kemampuan dengan menjadi relawan di tempat musibah. Jika tidak sanggup dengan harta atau tenaga, berikanlah do’a tulus terbaik kepada mereka agar diberikan kesabaran dan ketabahan dalam menghadapi ujian dari Allah swt.

Kedua, sabar dalam menghadapi musibah.

Makna asal dari sabar adalah “menahan”. Secara syar’i, pengertian sabar adalah:

الصَّبْرُ حَبْسُ النَّفْسِ عَنِ الجَزْعِ وَاللَّسَانِ عَنِ التَّشَكِّي، وَالجَوَارِحِ عَنْ لَطْمِ الخُدُوْد وَشَقِّ الثِيَابِ وَنَحْوِهِمَا

“Sabar adalah menahan diri dari menggerutu, menahan lisan dari mengeluh, dan menahan anggota badan dari menampar pipi, merobek-robek baju dan sesamanya.”

Sabar memang mudah diucapkan. Tapi penerapan sabar butuh perjuangan. Sabar yang hakiki bukan hanya di lisan saja, tapi harus dibarengi dengan keikhlasan di hati dan dibuktikan dengan badan. Sabar dengan lisan ditunjukkan dengan cara membasahi bibir menyebut asma Allah swt, seperti memperbanyak kalimat istighfar (astaghfirullahal ‘adziim) atau tahlil (laailaahaillallah). Sabar di hati ditunjukkan dengan keyakinan bahwa segala musibah semua atas kehendak Allah swt dan manusia harus tetap berhusnudzan kepada-Nya. Kemudian sabar dengan anggota badan ditunjukkan dengan sikap tidak pantang menyerah dan tetap semangat menjalani kehidupan.

Ketiga, orang yang sedang dilanda musibah harus ridha atas takdir Allah swt.

Ridha atas takdir Allah ta’ala sangatlah penting karena ada sebagian manusia ketika diuji dengan musibah yang berat, hatinya menolak. Bahkan memaki-maki Allah dan ajaran agamanya. Padahal jika mendalami hadits Nabi Muhammad saw, ketika Allah menurunkan sebuah musibah, tidak lain dan tidak bukan ini sebagai salah satu bentuk cinta dari Allah swt. Hendaknya semua manusia tetap ber-husnudzan dan tetap meyakini, adanya ujian musibah menjadi pertanda kualitas iman dan taqwa akan ditingkatkan oleh Allah swt. dan tentunya Allah ta’ala akan memberikan pahala yang besar selama manusia tersebut ridha.

Rasulullah saw bersabda,

إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلاَءِ وَإِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلاَهُمْ فَمَنْ رَضِىَ فَلَهُ الرِّضَا وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السَّخَطُ

“Sesungguhnya pahala besar karena balasan untuk ujian yang berat. Sungguh, jika Allah mencintai suatu kaum, maka Dia akan menimpakan ujian untuk mereka. Barangsiapa yang ridho, maka ia yang akan meraih ridho Allah. Barangsiapa siapa yang tidak suka, maka Allah pun akan murka.” (HR. Ibnu Majah)

Demikian tulisan singkat ini ditulis. Semoga Allah swt memberikan kekuatan iman kepada saudara-saudara kita yang terimpa musibah gempa. Dan kita semua semoga mampu memetik hikmahnya untuk meningkatkan kualitas iman dan taqwa kepada Allah swt. Aaamiin Yaa Rabbal’alamiin.

  • Bagikan