Lebih Optimal Gunakan Pertamax dan Dexlite, Hemat dan Ramah Lingkungan
PRABUMULIH, FAJARSUMSEL.COM – Memasuki musim kemarau tahun ini, petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Prabumulih kembali disibukkan memadamkan api karhutla kerap terjadi di Kota Nanas ini.
Setidaknya, tahun ini ada tiga Posko Penanggulangan Karhutla dibentuk Polres Prabumulih bersama Pemkot. Meliputi; Posko Prabumulih Timur (Taman Murni), Posko Prabumulih Barat (Kantor Lurah Patih Galung), dan Posko Delinom (Kantor BPBD Prabumulih).
BPBD Prabumulih, tidak hanya membentuk posko saja. Tetapi, juga menyiagakan petugas berikut mobil blanwir memberlakukan sistem tiga shift, guna penanggulangan karhutla tersebut. Pantauan awak media, hampir setiap hari karhutla melanda Prabumulih. Meski, bukan kabupaten/kota termasuk adanya titik hot spot terbanyak.
Petugas BPBD Prabumulih siaga, pantang pulang sebelum padam. Jika mendapatkan laporan dari masyarakat, adanya kejadian karhutla di wilayah Kota Nanas ini.
Memang tugas berat, harus dihadapi para penakluk api karhutla. Terkadang, memang ada perasaan cemas dan khawatir dalam menaklukkan api. Takut, terjebak lingkaran api tengah membakar pepohonan dan tanaman kering karena kemarau.
Bukan hanya itu saja, mata terkadang terasa perih karena asap. Belum lagi, gangguan pernafasan, pakaian dipenuhi debu, dan lainnya. Hal itulah sering di alami para petugas BPBD Prabumulih dalam menaklukkan karhutla tengah melanda.
Namun, ada cerita dibalik itu ketika mengendarai mobil blankwir dan mobil pick up pendukungnya, terlihat senyuman penuh kebanggaan menjadi seorang petugas BPBD Prabumulih, dikenal sebagai pejuang dan penaklukan api.
Siapa sangka, ternyata Bahan Bakar Minyak (BBM) buat mobil blankwir dan pick up pendukungnya, tidak menggunakan BBM Subsidi. Tetapi, sebaliknya BBM Non Subsidi seperti Dexlite dan Pertamax.
Penanggulangan karhutla, bisa terjadi kapan pun. Tidak hanya pagi, siang, malam, dan bahkan dini hari pernah terjadi. Tetapi, tidak menjadi halangan dalam menjalankan tugas. Karena, bekerja buat negara dan sebagai pengabdian tentunya penuh kesabaran dan keikhlasan.
Seperti diceritakan penakluk api di BPBD Prabumulih, Endro sudah bekerja di atas 5 tahunan menjalankan profesinya itu. Di musim kemarau ini, petugas BPBD Prabumulih bisa memadamkan api karhutla sehari bisa mencapai 2-3 kali.
“Meski, lelah namun itulah sebuah tugas dan tanggung jawab. Kita jalani, sebagai petugas penakluk api. Bekerja penuh pengabdian dan keikhlasan. Namanya siaga, tak jarang harus bergadang siap siaga jika terjadi karhutla dan mendapatkan laporan masyarakat,” ucapnya.
Ungkapnya, banyak suka dan suka dalam penanggulangan karhutla setiap tahunnya. Tidak hanya menaklukkan api saja, ketika memadamkan karhutla sering kali bertemu hewan berbahaya. Seperti; ular, kucing hutan, dan bahkan hal-hal mistis. Tetapi, tidak menyurutkan niatnya bersama rekannya menaklukkan api.
“Beberapa hari lalu, kalau tidak salah pada 22 Agustus 2024, kita tengah malam memadamkan api karhutla di kuburan dekat SDN 12 Prabumulih di Kelurahan Patih Galung. Memang banyak ditumbuhi tanaman dan pohon, mau tidak mau harus kita padamkan,” tutur Endro.
Tak jarang, bebernya dalam penanggulangan karhutla mengalami sejumlah kendala dan hambatan, termasuk jalanan kecil. Sehingga, tidak memungkinkan mobil blanwir masuk. Hingga, menggunakan selang cukup panjang mencapai 12 meter persatu sambungannya memadamkan api karhutla.
“Guna menjalankan mesin pompa air, memang bahkan bakar Dexlite sering kita pakai dalam menaklukkan api di lahan dan hutan. Sementara, mobil pendukungnya memang menggunakan Pertamax,” akunya.
Kabid Penanggulangan Bencana dan Dampak Kebakaran BPBD Prabumulih, R Tauhid SE menjelaskan, mobil blanwir mampu mengangkut air berkapasitas 10 ribu liter. Khusus, mobil blanwir berbahan bakar Dexlite. “Sekali operasi pemadaman api karhutla, membutuhkan Dexlite 20-30 liter. Sedangkan, mobil pick up pendukungnya sekitar 10-15 liter,” terangnya sambil menyebutkan, tahun lalu ada 120 hektar lahan terbakar, kasus sebanyak 110 karhutla.
Dalam sebulan, bebernya setidaknya bisa 4-5 kali penanggulangan karhutla dilakukan di sejumlah lokasi. Paling rawan karhutla, memang ada di Kecamatan Prabumulih Barat, RKT, dan Cambai.
“Di tiga posko telah kita bentuk, jumlah total petugas BPBD Prabumulih siaga ada sekitar 85 orang. Penggunaan, Dexlite dan Pertamax memang sangat membantu dalam penanggulangan karhutla secara optimal. Apalagi, kita langganan di SPBU Lingkar dalam pemenuhan kebutuhan BBM khususnya Dexlite dan Pertamax. Sehingga, tidak perlu antri ketika beli dan tinggal mengisi saja. Kita punya tiga blankwir, kapasitas 3 ribu liter. Lalu, 6 ribu liter, dan 10 ribu liter,” tukas Tauhid, sapaan akrabnya menerangkan, tahun ini baru ada sekitar 30 hektar lahan terbakar
Rincinya, karhutla terjadi dimulai Agustus hingga Desember 2024 ini, mengalami penurunan signifikan. Data dihimpunnya, baru 15-20 kasus karhutla terjadi.
“Biasanya, tahun lalu bisa mencapai di atas 100 kasus. Dalam pemadam karhutla, kita dibantu aparat dari kepolisian dari Polres Prabumulih dan Koramil Prabumulih. Khususnya, para Babinsa berjumlah 45 orang dan Bhabinkamtibmas 45 orang di setiap kelurahan/desa di Prabumulih. Mereka menggunakan alat semprot pupuk, ikut melakukan pemadaman api karhutla,” tukasnya.
Kepala BPBD Prabumulih, Sriyono SH menambahkan, penggunaan BBM Non Subsidi memang diwajibkan bagi kendaraan pemerintah. Makanya, mobil dinas dibawah naungan BPBD Prabumulih semuanya menggunakan Dexlite dan Pertamax.
“Mobil blanwir, kita ada tiga unit. Paling besar, kapasitas 15 ribu liter, semuanya pakai Dexlite. Banyak keuntungan, penggunaan Dexlite. Selain lebih hemat, sehingga pemadaman karhutla menjadi lebih optimal dan maksimal,” ucap Yono, sapaan akrabnya.
Sekarang ini, tukasnya harga Dexlite Rp 15.700 perliter, dan Pertamax Rp 14 ribu perliter. Sekali operasi, bebernya buat Dexlite jika dihitung mencapai Rp 500 ribu dan Pertalite sekitar Rp 300 ribu.
“Perbulan, dana BBM Non Subsidi buat Dexlite bisa mencapai Rp 2-3 juta perbulan. Sedangkan, Pertamax Rp 1,5 – 2 juta perbulan,” rincinya.
Terangnya, menjaga para penakluk api tetap terjaga kondisi kesehatan, di setiap posko juga dilibatkan tim kesehatan dari puskesmas terdekat. “Guna melakukan pemeriksaan kesehatan petugas BPBD Prabumulih secara rutin, agar bisa melaksanakan tugas pemadaman karhutla secara optimal,” jelasnya.
Ia menambahkan, kebanyakan petugas BPBD Prabumulih sebagai penakluk api ini, masih berstatus PHL. Rata-rata bergaji Rp 600 – 800 ribu perbulan, dan tugasnya sangat mulia. “Bergaji minim, tidak menyurutkan para penakluk api guna menjalankan tugasnya secara maksimal dan optimal,” sebutnya.
Pengawasan SPBU 24.311.41 Simpang Prabu Jaya, Ilham Hilalia mengatakan, penjualan Dexlite sebulan mencapai 2 Kilo Liter (KL). Sedangkan, Pertamax mencapai 8 KL seminggu.
“Harga Dexlite Rp 15.700 perliter, dan Pertamax Rp 14 ribu perliter. Selain, kebanyakan kendaraan dinas memakai Pertamax dan Dexlite, ada juga kendaraan pribadi. Karena, malas mengantisipasi ketika membeli BBM Subsidi,” jelasnya.
Ungkapnya, alasan warga membeli Pertamax dam Dexlite, memang banyak keuntungannya. Selain mengandung pembakaran sempurna, Pertamax oktannya 92 dan Dexlite CN 51.
“Sehingga, membuat mesin kendaraan lebih hemat dan tahan lama. Selain itu, tarikannya enteng dan tidak mudah panas,” bebernya.
Khusus pembelian Pertamax, ucapnya ada jalur khusus sehingga tidak perlu mengantri lama dalam pembelian BBM Non Subsidi tersebut. “Kalau sepeda motor, selain kendaraan pribadi. Banyak juga para ojek, beli Pertamax. Kalau Dexlite, memang kebanyakan kendaraan dinas. Milik kepolisian, TNI, dan pemerintah,” tambahnya.
Head of Comrell and CID, Tuti Dwi Padmayanti menjelaskan, penggunaan BBM Non Subsidi. Khususnya, Dexlite dan Pertamax memang banyak keuntungannya. “Selain kendaraan lebih awet, penggunaan bahan bakar jadi lebih hebat. Karena, pembakarannya sempurna,” tukasnya.
Lanjut Tuti, kandungan oktannya di atas RON 92. Seperti, Dexlite dan Pertamax. Selain itu, penggunaannya lebih ramah lingkungan. Karena, tanpa timbal.
“Ruang mesin jadi lebih bersih, karena pembakarannya sempurna. Meski harganya, jauh lebih mahal dari BBM Subsidi. Pertamax mengandung oktan 92, dan Dexlite memiliki kandungan CN 51, berbeda solar hanya 48,” jelasnya.
Kapolres Prabumulih, AKBP Endro Aribowo SIk menjelaskan, soal penanggulangan karhutla di wilayah hukumnya telah bersinergi bersama BPBD Prabumulih. “Mendirikan posko dan satgas gabungan, dalam rangka melakukan penanggulangan karhutla. Baik itu, antisipasi dan pencegahan melakukan patroli dan penyuluhan. Juga, melakukan pemadaman api karhutla jika terjadi,” kata Endro.
Ditegaskannya, jika ada masyarakat melakukan sengaja pembakaran karhutla. Maka, akan diproses secara pidana dan ancamannya penjara. “Prabumulih, memang bukan titik hot spot terbanyak. Tetapi, penanggulangan karhutla tetap menjadi perhatian serius jabatan Polres Prabumulih,” tukasnya.
Selain itu, dia telah menekankan para Bhabinkamtibmas di seluruh penjuru Prabumulih, guna memantau aktivitas masyarakat terkait karhutla. “Jika terjadi karhutla, segera laporkan dan kordinasikan bersama satgas gabungan dalam rangka penanggulangannya,” ucap suami Ivone Endro ini.
Pj Wako Prabumulih, H Elman ST MM mengatakan, penggunaan BBM Non Subsidi bagi lingkungan Pemkot Prabumulih didasari Permen ESDM No 1/2013 tentang pengendalian penggunaan BBM, dikeluarkan sejak 2013 silam.
“Bukan hanya mobil BPBD Prabumulih saja menggunakan Dexlite dan Pertamax dalam penanggulangan karhutla, seluruh kendaraan dinas di lingkungan Pemkot Prabumulih semuanya memakai BBM Non Subsidi,” sebutnya.
Ia pun, mengapresiasi kesigapan pasukan penakluk api karhutla di BPBD Prabumulih, hampir setiap hari berjibaku memadamian api karhutla di Bumi Seinggok Sepemuyian ini.
“Tanpa pernah lelah, dan mengeluh. Petugas BPBD Prabumulih, senantiasa melayani dan melindungi masyarakat dari dampak karhutla masih sering terjadi,” aku Elman.
Lanjutnya, senantiasa berkomunikasi bersama Polres Prabumulih dalam penggulangan karhutla. Termasuk, membentuk tiga posko di wilayah Prabumulih. “Tidak hanya, agar sigap penanggulangan api karhutla. Tetapi, melakukan patroli gabungan dan penyuluhan kepada masyarakat tentang bahayakan dan dampak negatif karhutla. Selain, bisa menimbulkan polusi udara. Juga, mengakibatkan gangguan pernafasan, dan lainnya,” tegasnya.
Ia juga mengingat, dan mengajak masyarakat untuk bersama-sama menjaga lingkungan sekitar, khususnya bagi ingin membuka lahan agar tidak dilakukan dengan cara membakar. “Karena, bisa dikenakan pidana penjara. Disebabkan, karhutla melanggar hukum,” tandanya.
Pj Gubernur Sumsel, Elen Setiadi juga mengungkapkan, permasalahan karhutla ini menjadi salah satu perhatiannya, guna ditangani secara serius. Karena, dampaknya sangat merugikan jika terjadi polusi asap.
“Penanggulangan karhutla di Sumsel ini, kerap kali terjadi. Masih terdapat, sejumlah titik hot spot. Salah satunya, terbanyak di wilayah Kabupaten Muba, Kabupaten Ogan Ilir, PALI, OKI, dan lainnya. Telah berkordinasi bersama Polda Sumsel dan Kodam II/SWJ,” akunya.
Di singgung soal penggunaan BBM Non Subsidi dalam penanganan atau penanggulangan karhutla diakuinya, memang sudah sesuai aturan dan ketentuan. “Khususnya, kendaraan dinas milik pemerintah. Semuanya, menggunakan BBM Non Subsidi, yaitu Dexlite dan Pertamax,” pungkasnya. (rin)