Kegagalan Golden Period, Penyebab Stunting

  • Bagikan

STUNTING : Dokter Spesialis Anak, dr Edi Kristiantw Ginting SPA memberikan paparan terkait penanganan kasus stunting pada kegiatan diselenggarakan DPPKBPPPA, Rabu. Foto : Rian/FS.CO

PRABUMULIH, FS.CO – Masa emas atau golden periode dikenal 1.000 hari masa kehidupan merupakan hal penting bagi balita, jika gagal. Nutrisi tidak didapat diperoleh kembali atau bisa disebut kurang gizi.

Hal inilah, penyebab utama stunting. Hal itulah ditegaskan dokter anak RSUD Prabumulih, dr Edy Kristianta Ginting SPA ketika memaparkan terkait penanggulangan masalah stunting mengisi kegiatan digelar DPPKBPPPA guna menekan angka stunting di Prabumulih di Gedung Kesenian, Rabu, 12 Oktober 2022.

“Makanya, kita tekankan agar masa emas balita ini jangan sampai gagal. Guna menghindari stunting, dan angka stunting di Prabumulih bisa ditekan,” ujar Edy,

Banyak cara mendeteksi stunting pada balita, kata dr Edy K Ginting SPA. Salah satunya, tinggi dan berat badan balita terkontrol dan sesuai antropometri, sehingga terdeteksi stunting.

“Juga, bisa mendeteksi dini stunting pada balita berusia di bawah 2 tahun menggunakan buku KIA. Biasanya tersedia, dan dipakai di posyandu,” bebernya.

Kepala DPPKBPPPA, Eti Agustina SKM MKes mengatakan, kegiatan ini diikuti sekitar 75 peserta dari Camat, Lurah/Kades. TP PKK Kecamatan hingga Kelurahan/Desa, kader posyandu, OPD terkait, dan lainnya.

“Kegiatan ini bertujuan mengindentifikasi resiko terjadi stunting pada kelompok sasaran. Yaitu, calon pengantin, ibu hamil, ibu bersalin, dan anak baduta atau balita,” terangnya.

Masih kata Eti, mengetahui penyebab resiko dan faktor resiko terjadinya stunting pada kelompok sasaran sebagai upaya pencegahan dan perbaikan tata laksana kasus serupa. “Memberikan rekomendasi penanganan kasus dan perbaikan tata laksana kasus stunting,” bebernya.

Wawako Prabumulih, H Andriansyah Fikri SH juga Ketua TPPS mengatakan, kalau Pemkot Prabumulih sangat fokus dalam penanganan penekanan angka stunting. Pada 2021, ada 188 kasus stunting di Prabumulih. Hingga Agustus 2022, tersisa 91 kasus stunting.

“Harapannya, angka kasus stunting di Prabumulih terus ditekan hingga zero kasus,” kata Fikri.

Makanya, memang ucap suami H Reni Indahyani SKM MSi ini, perlu kerja sama semua pihak dan kolaborasinya dalam menekan angka stunting hingga zero kasus di Kota Nanas ini. “Semuanya harus bergerak dan fokus penangganan stunting, kita optimis Prabumulih bisa zero stunting ke depannya,” tutupnya. (rin)

  • Bagikan