PRABUMULIH, FAJARSUMSEL.COM – Desa Karya Mulya adalah sebuah desa di Kecamatan Rambang Kapak Tengah (RKT), Kota Prabumulih. Juga, dikenal Kampung Herbal dan produk unggulannya Kopi Stamina.
Karya Mulya berjarak sekitar 20 KM atau sekitar 1 jam jika ditempuh dari Kota Prabumulih, jumlah masyarakat ada 3 ribu jiwa dan kebanyakan berasal dari Suku Rambang dan Jawa, dan Bali. Dan, mayoritas sebagai petani karet dan sawit. Meski, juga ada berternak sapi, kambing, dan lainnya guna menopang kehidupannya. Karya Mulya dahulunya, adalah lokasi eks transmigrasi. Terdiri dari Unit 7, 8, dan 9.
Mengapa dikenal Kampung Herbal?, karena banyak masyarakat memanfaatkan lahan pekarangannya menjadi kebun guna menanam Tanaman Obat Keluarga (Toga). Seperti; samiloto, meniran, kunyit, kayumanis, kapulogo, temu lawak dan sawi langit. Dan, membuatnya menjadi jamu alias obat herbal.
Selain itu, ada pula tanaman kumis kucing, tempuyung, keji beling dan rosella, dan lainnya. Semua jenis tanaman itu memiliki khasiat menyembuhkan penyakit seperti darah tinggi, asam urat, kencing manis, kencing batu bahkan penyakit batu ginjal dan kecanduan narkoba juga dapat disembuhkan.
Potensi inilah, akhirnya dilirik PT Pertamina Hulu Rokan Zona (PHRZ) 4 Field Limau guna dikembangkan sebagai desa mitra binaan, melalui program CSR-nya.
Hingga Desa Karya Mulya, dikenal potensinya sebagai lokasi Agrowisata Kampung Herbal menghasilkan berbagai obat herbal, guna keperluan masyarakat. Termasuk, produk unggulannya Kopi Stamina kini dikenal masyarakat luas. Tidak hanya di Prabumulih, tetapi Sumsel hingga tingkat nasional.
Bagaimana ceritanya? 2019 silam, PT PHRZ 4 menggelar pelatihan pengolahan tanaman herbal, Selasa, 23 Oktober 2019 di Balai Desa Karya Mulya ini berlangsung selama 3 hari hingga 25 Juli 2019. Warga antusias sekali, dan diikuti sekitar 50 peserta mayoritas adalah kaum ibu. Dahulunya, ibu hanya sebatas Ibu Rumah Tangga (IRT) saja dan membantu kehidupan keluarga juga ikut bertani dan berternak.
Namun, kegiatan Pelatihan pengolahan herbal ini merupakan rangkaian kegiatan program CSR PT PHRZ 4 Limau Field di Desa Karya Mulya, Kecamatan Rambang Kapak Tengah (RKT), Kota Prabumulih, Propinsi Sumatera Selatan (Sumsel). Membuat para ibu-ibu di Desa Karya Mulya ada kegiatan baru, tetapi cukup produktif.
Bersama LSM CARIOS, program CSR dilaksanakan adalah Pertanian Sehat Ramah Lingkungan dan Berkelanjutan (PPSRLB).
Pada program ini terdapat 4 aspek kegiatan utama dilakukan dalam rangka pemberdayaan masyarakat, yaitu pendidikan, penelitian, pelatihan dan pendampingan pertanian. Sebelumnya, masyarakat sudah diajak membuat demplot rumah tanaman obat keluarga (Toga) di pekarangan masing-masing, selanjutnya diajarkan membuat ramuan obat herbal dari tanaman Toga tersebut.
Pelatihan pengolahan obat herbal merupakan salah satu solusi permasalahan terdapat di Desa Karya Mulya. Focus Group Discussion (FGD) digelar sebelumnya bersama masyarakat didampingi LSM CARIOS dan CSR PT PHRZ 4 Limau Field, tersampaikan, salah satu permasalahan dihadapi masyarakat adalah masalah kesehatan.
Hal ini disebabkan karena lokasi desa berada cukup jauh dari pusat kota sehingga akses berobat masyarakat cukup terhambat. Bersama Pertamina, masyarakat diajak mengoptimalkan toga sudah ditanam diolah menjadi obat herbal keluarga. Pelatihan tersebut, mengundang dokter ahli herbal dr Riantika Maharani, masyarakat dijelaskan mengenai manfaat tanaman herbal dan cara pengolahan serta dosis pengobatan. Ibu – ibu rumah tangga menjadi sasaran program ini, tergabung dalam Kelompok Wanita Tani (KWT).
KWT tersebut bernama Kelompok Persatuan Wanita Tani (Perwani) diketuai Luh Nyoman Rewi A, akhirnya pembuatan obat herbal berasal dari toga dimulai di Desa Karya Mulya. Tadinya, para ibu-ibu ini adalah Ibu Rumah Tangga (IRT) biasa. Hanya bertani, dan berternak hewan saja.
Namun, adanya Perwani ini di bawah pembinaan Mitra PHRZ 4 Limau Field menjadi ibu-ibu kreatif akhirnya menghasilkan produk obat herbal bermanfaat. Tidak hanya bagi masyarakatnya, tetapi lainnya.
Apalagi, Perwani ini memiliki 14 KWT di bawahnya. Luh, sapaan akrabnya mengumpulkan ibu-ibu tergabung dalam kelompoknya membuat berbagai obat herbal dari toga telah dibudidayakan di kebun masyarakat Desa Karya Mulya.
“Berbekal dari pelatihan dari PHRZ 4 Field Prabumulih, membuat berbagai obat herbal secara tradisional tahap awal,” cerita Luh kepada awak media ketika berkunjung ke desa tersebut, Rabu, 16 Oktober 2024.
Luh, juga Sekretaris Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Bramastya Bhumi Mulya menyebutkan, obat herbal dibuatnya memang hasil kebun toga di kebun anggotanya di Desa Karya Mulya.
“Berbagai toga tadi kita olah atau racik menjadi jamu-jamuan, kita kemas menjadi produk obat herbal bermanfaat bagi masyarakat desa kita,” sebutnya sambil menjelaskan berbagai obat herbal dihasilkannya dan manfaatnya.
Ia membeberkan, dalam pembuatan olahan toga menjadi obat herbal jelas ada beberapa kendala dialami. Seperti peracikan obat, pengepakan produk, dan lainnya. “Tetapi, hal itu bukan kendala berarti karena ada support dan bantuan dari PT PHRZ 4 Field Prabumulih. Sehingga, memudahkan kita dalam penghasilan aneka produk herbal,” bebernya.
Salah satunya, toga yaitu; tanam stevia sangat berguna mengontrol berat badan, lalu sebagai pengganti gula dan mencegah diabetes, mencegah kanker, pankreas, merawat keehatan kulit, mengatasi bau mulut dan meringankan peradangan.
Lalu, ada juga kenikir. Juga, sangat bermanfaat bisa mencegah maag, menambah nafsu makan, mengatasi bau mulut dan menguatkan kerangka tulang.
“Sawi langit bisa sebagai obat batuk, hepatitis dan demam. urang aring kegunaannya mengobati kecing darah, muntah darah, berak darah, keputihan pada wanita dan kurang gizi. Terus, ada daun jinten bisa buat pengobatan sariawan, asma, batuk, sakit kepala, perut kembang dan memperbanyak asi.
“Tanaman kitolod bisa digunakan buat sakit gigi, asma, radang tenggorokan, luka dan obat kanker. Terus, meniran digunakan radang ginjal, susah kencing bau ginjal, disentri dan hepatitis. Selain itu, keladi tikus dapat digunakan buat koreng, kanker dan menetralisir racun narkoba,” rincinya.
Selain itu, ada juga pembuatan pupuk cair dari hewani, pestisida nabati, mol buah, mol bonggol pisang, mol gamal dan mol rebung.
“Kami membuat teh rosela berbagai varian, peyek kacang, kue semprong, dan stevia,” bebernya mengulas.
Sebutnya, adanya aneka obat herbal dikonsumsi masyarakat Desa Karya Mulya dari produknya, membuat masyarakat lebih sehat dan jarang ke dokter dan termasuk RSUD Prabumulih jaraknya cukup jauh dari desanya.
“Harga obat herbal dijualnya, apalagi relatif murah mulia dari Rp 10 – 30 ribuan perbungkus. Bergantung, obat herbal dibutuhkan,” terangnya.
Sekarang ini, sebutnya obat herbal hasil produksinya tidak hanya buat warga desanya saja. Tetapi, banyak dicari warga dari masyarakat luar desa di Prabumulih hingga Palembang dan nasional.
“Salah satunya, produk unggulan kita sering dicari yaitu Kopi Stamina. Guna penambah stamina, buat laki-laki khususnya,” terang perempuan berdarah Bali ini.
Ia sempat membocorkan sedikit rahasia pembuatan Kopi Stamina ini, mengunakan berbagai aneka toga yaitu; jahe, laos merah, rempah, kopi, dan lainnya. Butuh waktu sekitar tiga hari, akunya menjadi produk ‘Kopi Stamina’ dan layak konsumsi.
“Perbungkusnya per-100 gram, kita jual harganya Rp 20 ribu. Dan, sudah banyak orang mengkonsumsi dan memperoleh manfaatnya. Tersedia, di outlet kita di samping Balai Desa Karya Mulia,” ucapnya.
Melalui kelompoknya, tidak hanya membuat warga desanya menjadi lebih sehat, tentunya mengkonsumsi aneka produk herbalnya. “Bagi anggota kelompok kita, jelas mendapatkan penghasilan dan relatif bisa meningkatkan kesejahteraan keluarga,” tukasnya.
Ia berterima kasih hingga produk obat herbalnya bisa dimanfaatkan masyarakat kepada PT PHRZ 4 Limau Field. Tentunya, menggunakan kemasan bagus dan menarik sehingga dilirik.
“Tanpa bimbingan dan bantuan PT PHRZ 4 Limau Field. Produk obat herbal kita hasilkan, tentunya tidak seperti sekarang ini. Termasuk, bantuan promosi buat produk herbal dihasilkan. Sehingga, makin dikenal,” kata dia.
Apalagi, bebernya PHRZ 4 Limau Field tidak hanya memberikan pelatihan saja. Tetapi, juga edukasi serta membantu pembuatan obat herbal ini mendatangkan dokter paham akan manfaat obat herbal ini.
“Sehingga memberikan manfaat bagi masyarakat luas, hasil produk obat herbal olahan kita dan menjadi potensi Agrowisata bagi Desa Karya Mulya,” ucapnya.
“Kita juga terima kasih atas dukungan Pemerintah Desa (Pemdes) Karya Mulia, menyediakan sarana prasarana pendukung. Termasuk, outlet sebagai pemasaran produk herbal ini,” tukasnya.
Produk herbal ini sendiri, bebernya sangat bermanfaat bagi kesehatan. Ia sendiri punya penyakit asma, memanfaatkan produk herbalnya tidak lagi perlu membeli obat. “Saya rutin mengkonsumsi produk herbal, kita hasilkan sendiri. Penyakit asma, sekarang ini tidak lagi bergantung obat kimia,” akunya.
Adanya pembuatan produk herbal ini, sebutnya juga sebagai ajang silaturahmi antar masyarakat khususnya para IRT dan menghasilkan produk herbal ini. “Tidak hanya berkumpul dan bertemu saja, kita bisa membuat dan menghasilkan produk herbal bermanfaat bagi orang banyak,” tuturnya.
Ditambahkannya, adanya obat herbal olahan dari toga ini jelas membuat masyarakat lebih sehat dan jarang ke dokter. Pasalnya, jika sakit warga Desa Karya Mulya lebih memilih mengkonsumsi obat herbal dibuatnya.
“Masyarakat kita jarang ke dokter jika sakit, memakai produk herbal olahan kita sebagai obat,” tambahnya.
Kades Karya Mulia, Miril Firacha AMd mengatakan, kehadiran PHRZ 4 Limau Field memberikan banyak manfaat dan kontribusi bagi masyarakatnya dan desanya. Tidak hanya mendorong kemajuan warga, tetapi juga perekonomian warga. “Desa Karya Mulya ini, masuk ring 1 PHRZ 4 Limau Field. Banyak program CSR PHRZ 4 Limau Field, menyentuh masyarakat kita dan telah dirasakan. Juga, ikut memajukan desa dan meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya,” kata Miril.
Tidak hanya program pemberdayaan masyarakat dalam rangka peningkatan Sumber Daya Manusia atau SDM, jelasnya hingga menghasilkan aneka produk obat herbal. Termasuk, ‘Kopi Stamina’, dan lainnya.
“Berbagai program CSR PHRZ 4 Limau Field telah dirasakan masyarakatnya. Yaitu, Masyarakat Pemadam Api (Mas Pepi). Lalu, pembuatan kosmetik, pembuatan hand sanitizer, bank sampah, dan lainnya. Kita terima kasih sekali, dan harapan kita yah terus berlanjut,” akunya.
Termasuk juga, tukasnya masyarakat Desa Karya Mulia sempat dinobatkan sebagai Kampung Proklim dibawa binaan PHRZ 4 Limau Field, beberapa waktu lalu guna mendukung Proper Hijau PHRZ 4 Limau Field. “Masyarakat kita, telah menerima bantuan bibit toga dan organik dari PHRZ 4 Limau Field. Sejak 2010 silam, Desa Karya Mulia ini menjadi desa percontohan biogas memanfaatkan limbah ternak sapi masyarakat kita,” terangnya.
Di desanya, tukasnya CSR PHRZ 4 Limau Field, ada juga program Niat Mila, pemanfaatan pertanian sehat ramah lingkungan berkelanjutan.
“Produk herbal ini, sekarang menjadi ole-ole spesial jika ada orang luar berkunjung ke Desa Karya Mulia. Alhamdulillah, dikenal dan banyak diburu. Apalagi, ada tempat khusus memang kita sediakan seperti toko di sebelah Gedung Serba Guna Desa Karya Mulya, memajang dan menjual aneka produk herbal dihasilkan masyarakat,” tukasnya.
Program CSR PHRZ 4 Limau Field ini, harap Miril, sapaan akrabnya bisa terus berkelanjutan hingga bisa mendorong masyarakatnya mandiri. “Tanpa kehadiran PHRZ 4 Limau Field, masyarakat kita tentunya tidak bisa menciptakan produk herbal. Termasuk ‘Kopi Stamina’ ini,” terangnya.
Camat RKT, Satria Karsa SE MM menambahkan, berterima kasih atas kontribusi PHRZ 4 Limau Field dalam membangun dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kecamatan RKT lewat berbagai program CSR-nya.
“Kecamatan RKT, juga masuk salah satu ring 1 PHRZ Limau Field. Berbagai program CSR, telah dilakukan. Baik itu, program berbentuk bantuan sarana prasaran, sosial, dan lainnya,” tukasnya.
Keberadaan PHRZ 4 Limau Field, akunya jelas memberikan dampak positif bagi masyarakatnya. “Termasuk, inovasi ‘Kopi Stamina’ dihasilkan Desa Karya Mulia. Kita harapkan program CSR ini terus berkelanjutan. Agar Desa Karya Mulia makin maju dan masyarakatnya sejahtera,” harapnya.
Penyuluh Pertanian Desa Karya Mulia, Bais menyambut positif program PHRZ 4 Limau Field mendorong masyarakat desanya melalui budidaya dan pemanfaatan toga dan organik, hingga terciptanya berbagai produk herbal bermanfaat bagi masyarakat.
“Pembinaan PHRZ 4 Limau Field, lewat program CSR-nya harapannya berkelanjutan. Karena, berdampak positif pada kemandirian warga di Desa Karya Mulia,” bebernya.
Menurutnya, manfaat dan kemandirian masyarakat dalam menciptakan produk herbal, sudah dirasakan apalagi berguna sekali bagi kesehatan. “Apalagi, sekarang ini pemerintah tengah mengalakkan penggunaan obat herbal. Karena, dinilai lebih aman dan tidak punya efek samping,” tukasnya.
Dinas Kesehatan (Dinkes) Prabumulih merespon positif, pemanfaatan toga menjadi obat herbal bagi masyarakat di Desa Karya Mulya.
Apalagi, menurut Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) dr Hj Hesti Widyaningsih MKes MARS, pemanfaatan toga sebagai obat herbal jelas bisa meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
“Penggunaan obat herbal, jelas sangat baik bagi kesehatan. Apalagi, secara alami dan mengurangi penggunaan obat kimia. Jelas punya efek samping pada kesehatan manusia, penggunaannya. Konsumsi obat herbal relatif aman dan baik,” beber Hesti, sapaan akrabnya.
Pemerintah kota (Pemkot) Prabumulih melalui Dinkes, kata dia, tengah mendorong masyarakat berkebun toga. Apalagi, budidaya toga sangat simpel dan sederhana jelas memberikan manfaat penting bagi menunjang kesehatan masyarakat.
“Toga ini mudah sekali dibudidayakan, seperti : temulawak, jahe, kunyit, kumis kucing, serai, stevia, bunga telang, rosela, dan lainnya. Bisa diolah menjadi obat herbal, melalui pembuatan jamu-jamuan dan berbagai minuman kesehatan,” ucap perempuan berjilbab ini.
Lanjut Mantan Direktur RSUD Prabumulih ini, tidak memungkiri penggunaan obat herbal dari toga di Desa Karya Mulya jelas menjadi contoh positif dari berkebun toba. “Kita harapkan, ke depan kebun toga ini ada di setiap kelurahan/desa di Prabumulih,” tandasnya.
Apalagi, akunya obat herbal dari berbagai toga ini. Bisa menyembuhkan beraneka ragam penyakit, seperti batuk, deman, mengontrol kencing manis, meningkatkan daya tahan tubuh, dan lainnya.
“Masyarakat Prabumulih lewat obat herbal dari toga ini, bisa menyehatkan dirinya sendiri. Sehingga, bisa mengurangi berobat ke dokter atau RS. Tidak hanya di Desa Karya Mulya saja. Di sejumlah kelurahan/desa di Prabumulih kita galakkan menanam toga karena memang kaya manfaatnya,” sarannya.
Desa Karya Mulya, karena fokus terhadap pemberdayaan kesehatan dan lingkungan. Hingga beberapa kali dinobatkan sebagai Program Kampung Iklim (Proklim) dilakukan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) sejak 2019 hingga 2023 silam.
Hal itu dibenarkan Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Prabumulih, Ir Hj Dwi Koryana ketika dikonfirmasi awak media, beberapa waktu lalu.
“Status Desa Karya Mulya sekarang ini, adalah Proklim Lestari. Karena, sumbangsinya fokus pada pengembangan toga dan pembuatan obat herbal. Selain itu, menjaga kelestarian lingkungannya agar tetap asri hingga masyarakatnya senantiasa hidup sehat,” sebutnya.
Proklim ini, Desa Karya Mulya hanya salah satu desa berhasil meraih predikat tersebut. Ada desa lainnya, seperti Desa Sinar Rambang, Desa Pangkul, dan lainnya.
“Kita berterima kasih kepada PT PHRZ 4 Limau Field lewat program CSR-nya, sejauh ini terus melakukan pembinaan terhadap Desa Karya Mulya, kini dikenal Desa Agrowisata Obat Herbal di Sumsel. Hal ini jelas memberikan dampak positif bagi masyarakatnya,” terang Dwi, sapaan akrabnya.
Akunya, Proklim status Desa Karya Mulya terus menjadikannya sebagai desa masyarakatnya menyadari pentingnya kesehatan dan menjaga kelestarian lingkungan di kampungnya. “Kalau kita menjaga dan merawat lingkungan, sebaliknya lingkungan akan menjaga kita,” ucap perempuan berjilbab ini.
Harapannya, Desa Karya Mulya ini terus komitmen dalam pemberdayaan masyarakat mengelola lingkungannya. Sehingga, punya manfaat bagi masyarakat sendiri. “Kita terus melakukan pembinaan terhadap Desa Karya Mulya, salah satu Kampung Proklim di Kota Nanas ini,” tambahnya.
Sementara itu, Head of Comrel & CID PHRZ 4, Tuti Dwi Patmayanti mengatakan, program CSR Desa Karya Mulia diharapkan dapat memicu semangat masyarakat terus melakukan kegiatan-kegiatan positif sebagai implementasi dari pendampingan telah dilaksanakan Limau Field melalui program CSR dijalankan selama ini.
“Konsep pemberdayaan masyarakat, kami kembangkan di desa ini adalah pertanian sehat ramah lingkungan dan berkelanjutan. Karena berbasis lingkungan, kegiatan ini sangat mendukung upaya adaptasi masyarakat terhadap kesehatan lewat pemanfaatan toga dan organik. Sehingga, dapat disimpulkan program ini baik bagi lingkungan, meningkatkan kualitas pangan dan kesehatan masyarakat, serta turut menambah pendapatan masyarakat melalui produk olahan obat herbal dihasilkan. Salah satunya, berupa produk herbal, termasuk ‘Kopi Stamina’ salah satunya,” terang Tuti.
Apalagi, Desa Karya Mulia, kata dia adalah ring 1 PHRZ 4 Limau Field, mata pencaharian masyarakatnya bertani. Yaitu, sawit dan karet serta lainnya. “Lewat program CSR, pemberdayaan masyarakat kita ingin menambah pendapatan masyarakat, sehingga makin sejahtera,” sebutnya.
Senior Manager Limau Field, A Rachman Para Buana, menyampaikan, mendukung sepenuhnya kegiatan pemberdayaan masyarakat di wilayah Field Limau. “Saya sangat senang bila program CSR PHRZ 4 Field Limau dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat. Partisipasi Desa Karya Mulia dalam menciptakan aneka produk herbal, khususnya ‘Kopi Stamina’ merupakan bentuk nyata sinergi antara perusahaan dan masyarakat maju bersama,” kata dia.
Kegiatan ini juga berkontribusi dalam pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) dicanangkan Pertamina (Persero) lewat Pertamina Go Sustainable guna mewujudkan masyarakat Desa Karya Mulia mandiri.
“Program CSR di Desa Karya Mulia ini, sangat banyak dan telah dirasakan masyarakat manfaatnya. SDGs tujuan 8 memberikan pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi bagi masyarakat di wilayah operasi dan produksi, ini PHRZ 4 Limau Field terus mengupayakan agar desa binaannya mampu berperan dalam pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan,” tutupnya. (rin)