22 Tahun Prabumulih Menuju Zero Stunting, Wujudkan Generasi Unggul dan Berkualitas, Kota Nanas Semakin Maju dan Masyarakat Sejahtera

  • Bagikan
STUNTING : Ketua TP PKK Prabumulih, Ir Hj Suryanti Ngesti Rahayu bersama Kajari Prabumulih, Roy Riady SH MH memberikan makanan tambahan dan paket sembako kepada ibu hamil, balita, dan keluarga miskin dalam rangka menekan angka stunting, belum lama ini. Foto : Ist/FAJARSUMSEL.COM

PRABUMULIH, FAJARSUMSEL.COM – Dahulunya, Prabumulih ini adalah bagian dari Kabupaten Muara Enim. Dan, sempat dinobatkan sebagai Kota Administratif (Kotif) dipimpin Walikota Administratif (Wakotif) terakhir dijabat Drs H Erman Robain Sirod.

Barulah pada 2001, akhirnya Prabumulih dimekarkan menjadi kota sendiri, terlepas dari Kabupaten Muara Enim. Ketika itu, pada 17 Oktober 2001, Prabumulih resmi menjadi kota dan dipimpin Pj Wako Prabumulih, Drs H Sujiadi.

Nah, 17 Oktober 2023 ini, Kota Nanas ini genap berusia 22 tahun. Pembangunan sangat pesat, tidak hanya fisik saja. Tetapi, bidang pendidikan, keagamaan hingga kesehatan dan lainnya. Di usia 22 tahun ini, masyarakat sejahtera dan Prabumulih terus berkembang serta maju.

Prabumulih sendiri berjarak, sekitar 100 KM dari Palembang ibukota Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel), atau ditempuh sekitar 1 jam perjalanan. Sekarang ini, Prabumulih punya 6 kecamatan 13 desa dan 33 kelurahan. Sebelumnya, ada penambahan 1 desa persiapan dan 8 pemekaran kelurahan.

Luas daerah Prabumulih, sebesar 434,46 km². Sekarang ini, jumlah pemduduk Prabumulih di atas 200 ribu jiwa, kepadatan sebanyak 451 jiwa/km² dan merupakan kota ketiga terbesar di Sumsel. Penduduknya, heterogen dari berbagai suku. Kota ini, dikenal akan buah nanasnya dan merupakan salah satu kota penghasil minyak dan gas (Migas) di Indonesia.

Sebelumnya, Wako Prabumulih dijabat DR Drs H Rachman Djalili MM bersama H Yuri Gagarin SH usai dijabat Pj Wako Prabumulih, Drs H Sujiadi. Wako 2 periode ini, meletakan pondasi pembangunan dan kemajuan kota perlintasan ini.

Apalagi di masa kepimpinan Wako Prabumulih, Ir H Ridho Yahya MM bersama Wawako, H Andriansyah Fikri SH punya 12 program unggulan pro rakyat. Mulai dari program bedah rumah, infak Pegawai Negeri Sipil (PNS) Pemkot Prabumulih, Sholat dan Baca Tulis Alquran (BTA), penolakan tambang batubara, pemberian bantuan modal, gas kota, pelayanan kesehatan atau Universal Health Coverage (UHC) hingga 100 persen, dan lainnya. Program tersebut, telah dirasakan dan sangat bermanfaatnya bagi masyarakat Prabumulih. Apalagi, sekarang ini Pemkot Prabumulih fokus pengentasan kemiskinan dan juga pengangguran.

Kini, Prabumulih dipimpim Pejabat Walikota (Pj Wako), H Elman ST MM didampingi Pejabat Sekretaris Daerah (Pj Sekda), Drs Aris Priadi SH MSi melanjutkan kepemimpinan Wako Prabumulih hampir 10 tahun menjabat atau 2 periode, Ir H Ridho Yahya MM. Program pembangunan di masa kepemimpinan Ir H Ridho Yahya MM, terus dilanjutkan di era Pj Wako Prabumulih ini.

Namun belakang, masih terjadi kasus stunting di Prabumulih dan cukup banyak. Stunting, ini mengancam generasi muda di masa depan. Karena, menghambat pertumbuhan dalam mencetak generasi cerdas dan berkualitas. Makanya, perlu diantisipasi dan dicegah sejak dini.

Makanya, di Hari Ulang Tahun (HUT) Prabumulih ke 22 ini, Pemkot Prabumulih menargetkan zero stunting atau bebas stunting ke depannya. Sehingga, tercipta generasi unggul dan berkualitas guna mendukung pembangunan Kota Prabumulih tercinta ini.

Apa Itu Stunting, Jumlah Kasus Stunting di Prabumulih

Stunting adalah gangguan pertumbuhan akibat infeksi berulang dan kekurangan gizi kronis. Kondisi ini ditandai berupa panjang atau tinggi badan anak berada di bawah standar.

Hal ini jelas merugikan dan perlu diantisipasi, agar tidak menghambat Bumi Seinggok Sepemuyian ini dalam mencetak generasi unggul dan berkualitas ke depannya. Sebagai, generasi penerus di Prabumulih.

Sejak era Wako Prabumulih, Ir H Ridho Yahya MM diketahui pada Agustus 2021, ada sekitar 191 kasus stunting di Prabumulih.

Tentunya, hal itu menjadi perhatian serius Wako Prabumulih dua periode itu, guna menekan angka stunting juga masalah nasional. Angka stunting tingkat nasional berada pada 21,6 persen, sedangkan Provinsi Sumsel sempat diangka 24,8 persen kini turun menjadi 18,6 persen.

“Kita libatkan semua pihak, guna menekan angka stunting. Termasuk, seluruh Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dan tidak hanya Dinas Kesehatan (Dinkes) dan Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPKPPPA) bersama Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) saja. Waktu itu, ada 191 kasus prevalensinya mencapai 22 persen di 2021,” jelas Ridho, sapaan akrabnya, beberapa waktu lalu, sambil menyebutkan telah membentuk Tim Percepatan Penangganan Stunting (TPPS) Prabumulih.

Upaya TPPS tersebut, aku suami Ir Hj Suryanti Ngesti Rahayu sedikit membuahkan hasil menurunnya angka stunting pada 2022. “Prevalensinya, hanya tinggal 91 kasus saja pada 2022. Tidak hanya, gizi saja kita perhatikan. Khususnya, pada ibu hamil, balita, dan keluarga kurang mampu. Tetapi, kehidupannya juga diperhatikan. Meliputi, lingkungan layak dan sehat tentunya,” aku ayah tiga anak ini.

Penyebab, Ciri-Ciri Stunting dan Pencegahannya

Masalah stunting, adalah masalah kesehatan sudah ada sejak lama, seperti gizi buruk, terserang infeksi berkali-kali, kelahiran prematur, dan berat badan lahir rendah. Bukan hanya menjadi masalah Kota Nanas ini, tetapi secara nasional.

Namun, penyebab stunting dijelaskan Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Prabumulih, dr Hj Hesti Widyaningsih MM MARS, paling banyak adalah karena kekurangan gizi dialami selama kehamilan atau tumbuh kembang anak. Selain, perawakan tubuhnya pendek. Adapun ciri-ciri lain dari stunting, antara lain; tumbuh kembangnya lambat, wajah tampak lebih muda dari anak seusianya.

“Berat badan tidak naik bahkan akan cenderung menurun, kemampuan fokus dan memori belajarnya tidak baik, anak cenderung lebih pendiam, fase pertumbuhan gigi pada anak melambat, dalam jangka panjang, bagi anak perempuan berpotensi telat menstruasi pertama, anak lebih mudah terserang/terinfeksi berbagai penyakit,” kata Hesti.

Stunting ini, akunya bisa dideteksi sejak dini, khususnya di usia kehamilan. Makanya, selama kehamilan gizi ibu hamil harus tercukupi dan kesehatannya harus terpantau. “Sehingga, ketika bayi lahir sehat dan gizinya terpenuhi. Dan, stunting tidak terjadi,” beber Mantan Direktur RSUD Prabumulih ini.

Aku perempuan cantik berjilbab ini, kalau stunting bisa dicegah. Salah satunya, ibu hamil wajib memeriksakan kandungannya secara rutin ke posyandu, puskesmas, klinik hingga RSUD terdekat. “Terpantau, status kesehatan dan gizi ibu hamil. Jelas bisa meminimalisir stunting, khususnya di Kota Minyak dan Gas (Migas),” tutur Alumnus Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Sriwijaya (UNSRI) sambil menyebutkan, ada 9 puskesmas di bawah naungan Dinkes Prabumulih.

Akunya, tidak hanya mengatasi masalah stunting saja. Tetapi juga, menekan timbulnya kasus lagi. Supaya, jumlah kasus stunting tidak bertambah banyak lagi dan cenderung konstan. “Makanya, kita juga fokus pencegahan dan antisipasi agar tidak timbul lagi kasus stunting. Jumlahnya, sejauh ini terus turun,” ucapnya.

Sementara itu, Kepala DPPKBPPA Prabumulih, Eti Agustina SKM MKes menambahkan, kalau ia rutin melakukan imbauan lewat kegiatan posyandu agar para ibu hamil dan orang tua balita memperhatikan status gizi. Karena, hal inilah menjadi pemicu awal stunting.

“Bukan hanya Dinkes Prabumulih saja, DPPKBPPPA juga menjadi leading sektor menekan angka stunting di Prabumulih. Kita butuh dukungan, semua pihak dalam mewujudkan zero stunting,” bebernya.

Kata Eti, secara perlahan ia optimis bisa ditekan stunting. Apalagi, penyebabnya sudah diketahui secara jelas. “Apalagi, kita sudah membentuk tim dalam penangganan dan penanggulangan stunting di Prabumulih, yaitu TPPS,” jelasnya.

Ia tidak memungkiri, hingga 2023 ini kasus stunting terus turun. Dan, Pemkot Prabumulih menargetkannya hingga zero stunting di masa mendatang. “Kolaborasi dan sinergi antar OPD dan instansi, bisa memacu terwujud bebas stunting ke depannya,” sebutnya.

Upaya Dilakukan Pemkot Prabumulih Cegah Stunting

Mengatasi stunting di Prabumulih, Pemkot melakukakan gebrakan di era Wako Prabumulih Ir H Ridho Yahya MM. Salah satunya, melakukan pendataan kasus stunting di wilayah Kota Nanas ini. Tidak hanya, tingkat kelurahan tetapi hingga kecamatan lewat pembentukan TPPS.

“Kita minta OPD tergabung dalam TPPS, melakukan survey atau pendataan kasus stunting menjadi tanggung jawabnya. Tidak hanya, melakukan pendataan saja. Seperti rumah, status gizi, ekonominya, dan lainnya. OPD ini juga memberikan solusi, memberikan pendampingan bersama puskesmas dalam menekan angka stunting tersebut,” kata RY, begitu juga ia disapa akrab.

Dinkes Prabumulih bersama Bappeda dan DPPKBPPA, kata dia, sebagai sentranya dalam penangganan kasus stunting di Kota Nanas ini.

“Tidak hanya OPD saja, terlibat dalam penanganan stunting. TP PKK Prabumulih bekerja sama Dinkes juga dilibatkan hingga stunting ini bisa ditekan,” beber adik Wagub Sumsel ini.

Salah satunya, pantauan awak media, menyalurkan bantuan makanan tambahan kepada ibu hamil, balita, dan keluarga miskin punya bayi. “Termasuk, juga mengoptimalkan pelayanan posyandu dalam menekan angka stunting agar kasusnya terus turun. Bahkan, ke depannya mencapai target zero atau bebas stunting,” ucapnya.

Akunya, jika semuanya bekerja sama-sama bahu membahu dalam penanganan stunting. Kata dia, target zero stunting ke depannya bisa dicapai. “Di Prabumulih ini, ada 9 puskesmas di bawah naungan Dinkes. Kita dorong pengoptimalkan, pelayanan posyandu dalam rangka menekan stunting di Prabumulih,” bebernya.

TP PKK Prabumulih Dukung Pemkot, Tuntaskan Stunting

Tim Penggerak (TP) PKK Prabumulih di masa Ir Hj Suryanti Ngesti Rahayu, aktif terlibat dalam menekan masalah stunting di Bumi Seinggok Sepemuyian.

Tidak hanya rutin, memantau pelaksanaan posyandu dibawa naungan Dinkes Prabumulih juga bergabung dalam TPPS. Berbagai program, telah dijalankan TP PKK bekerja sama pihak terkait dalam rangka pemberian asupan gizi bagi ibu hamil, balita, keluarga miskin, dan lainnya.

“Salah satu menekan stunting, kita lakukan caranya mengoptimalkan pelayanan posyandu juga menekankan Prilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS),” kata Ngesti, sapaan akrabnya beberapa waktu lalu.

Melalui posyandu, akunya bisa memantau kondisi status gizi dan juga kesehatan para ibu hamil, balita, dan keluarga miskin. “Kita imbau, agar rutin datang ke posyandu guna menerima pelayanan kesehatan. Sehingga, terpantau dan kasus stunting bisa diminimalisir,” akunya.

Termasuk, pemberian makanan tambahan sebagai asupan gizi bagi para ibu hamil. Lalu, juga ada pemberian susu bagi anak-anak. “Juga, pemberian bantuan sembako bagi keluarga miskin punya balita dan juga anak masih anak-anak,” beber istri Wako Prabumulih ini.

Selain itu, akunya TP PKK Prabumulih juga mendapatkan bantuan susu dari salah satu merk susu dalam rangka menambah asupan gizi anak-anak. “Kalau tidak salah, jumlah 14 ribu kotak susu. Ini salah satu, langkah kita mendukung program Pemkot Prabumulih mengentaskan stunting hingga zero atau bebas stunting di Kota Nanas ini,” jelasnya.

Dalam menuntaskan masalah stunting ini, TP PKK Prabumulih juga berkolaborasi bersama Kejaksaan Negeri (Kejari). “Meningkatkan peran serta puskesmas di bawah naungan Dinkes Prabumulih, punya peranan penting mengatasi stunting di Bumi Seinggok Sepemuyian ini,” ucapnya.

2023, Kasus Stunting Tinggal 79 Kasus

Upaya Pemkot Prabumulih, menekan angka stunting mewujudkan Prabumulih maju dan masyarakatnya sejahtera membuahkan hasil memadai. Data Dinkes Prabumulih, dari tadinya 190 kasus stunting pada 2021.

“Di 2022, kasus stunting berhasil diturunkan menjadi 91 kasus. Dan, pada 2023 ini berkat berbagai upaya penekanan dilakukan TPPS kasus stunting hingga turun 79 kasus sisanya,” ujar Kadinkes Prabumulih, dr Hj Hesti Widyaningsih MM MARS.

Kata Hesti, ada 8 kasus stunting di Kecamatan Cambai. Lalu, ada 17 kasus stunting di Kecamatan Prabumulih Barat. Kemudian, 10 kasus stunting di Kecamatan Prabumulih Selatan.

“13 kasus stunting di Kecamatan Prabumulih Timur, 23 kasus stunting di Kecamatan Prabumulih Utara. Terakhir, 7 kasus stunting di Kecamatan RKT,” rincinya.

Bebernya, prevalensi kasus stunting di Prabumulih di angka 18,6 persen. Dan, ia optimis hal itu bisa terus ditekan tentunya kerja sama semua pihak dan mewujudkan pembangunan Kota Nanas ini bebas stunting dan lebih maju, dan masyarakatnya sejahtera. “Kita terus bekerja dan bersinergi, guna menekan angka stunting agar angkanya nol atau zero. Sehingga, Prabumulih terbebas masalah stunting ini,” tukasnya.

Kepala Bidang (Kabid) Kesehatan Masyarakat (Kesmas) Dinkes Prabumulih, Joko Listiono SKM MSi menambahkan, penekanan angka stunting tidak hanya dilakukan lewat kegiatan sosialisasi saja. “Tetapi, juga melalui kerja nyata. Kita juga menekankan, agar puskesmas sebagai ujung tombak bisa memaksimalkan pelayanan kesehatannya guna memantau kegiatan posyandu di wilayahnya,” sebutnya.

Lewat kegiatan Promosi Kesehatan (Promkes), sebutnya terus berupaya menekan angka stunting di Prabumulih. “Kita optimis, 79 kasus stunting tersisa dituntaskan. Apalagi, semuanya bergerak menuntaskannya,” tambahnya.

Kejari Prabumulih Luncurkan Program JAGAMASEH, Ikut Tekan Stunting

Kejari Prabumulih bersinergi bersama Dinkes, ikut menekan angka stunting melalui program Jaga Puskesmas Masyarakat Sehat atau ‘JAGAMASEH’.

Hal itu ditegaskan Kepala Kejaksaan Negeri (Kajari Prabumulih), Roy Riady SH MH kepada awak media, belum lama ini. “Iya, kita berinovasi lewat program JAGAMASEH. Kita ikut mengawasi pengelolaan anggaran di puskesmas, khususnya dalam rangka menekan angka stunting di Kota Nanas ini,” terang Mang Oy.

Lewat anggarannya, kata dia, puskesmas ditekankan punya peranan penting dalam menekan angka stunting di Prabumulih ini. “Beberapa waktu lalu, ketika HUT Adhiyaksa kita berkolaborasi bersama Dinkes Prabumulih dan TP PKK menyerahkan sejumlah bantuan kepada ibu hamil, balita, dan keluarga miskin. Baik itu, makanan tambahan, bantuan sembako, dan lainnya,” tukas Roy.

Lanjut suami Nofita Dwi Wahyuni SH MH ini, keterlibatan Kejari Prabumulih setidaknya akan memberikan dampak positif dan manfaat penekanan angka stunting di Bumi Seinggok Sepemuyian ini. “Kita juga punya tanggung jawab dan peduli, menyukseskan program Pemkot Prabumulih menekan angka stunting. Apalagi, stunting ini menjadi sorotan nasional. Karena, jika generasi kena stunting. Mengancam kehidupan berbangsa dan bernegara,” tukas ayah tiga anak ini.

12 Program Unggulan Pemkot Prabumulih, Ikut Turunkan Stunting

Program pembangunan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH), melalui program infak dan zakat Pegawai Negeri Sipil (PNS) dikelola Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS). Termasuk, adanya program UHC Pemkot Prabumulih telah mencapai 100 persen. Itu merupakan, beberapa dari 12 program unggulan Pemkot Prabumulih.

“Pembangunan kesehatan, tidak hanya melulu kesehatan saja. Tetapi, rumah dan situasi lingkungannya juga diperhatikan,” ujar Pj Wako Prabumulih, H Elman ST MM dahulunya Sekda.

Program unggulan telah dilakukan Pemkot Prabumulih, selama ini memang ikut bersumbangsi tidak hanya memajukan Prabumulih dan mensejahterakan masyarakat. Tetapi, juga punya peranan penting menekan angka stunting. “Patuh kita syukuri dan terus turunkan hingga zero stunting, meski sekarang ini tersisa 79 kasus lagi, kita terus bekerja menuntaskan kasusnya,” ucap Elman.

Akunya, masalah stunting ini memang perlu perhatian serius. Sehingga, secara perlahan bisa dituntaskan ke depan. “Kita berharap, di Prabumulih bebas stunting. Sehingga, bisa mencetak generasi unggul dan berkualitas,” tambahnya.

Seluruh OPD dan juga instansi vertikal, akunya terlibat dalam penangganan masalah stunting di Kota Nanas ini. “Semoga berkat kerja sama semua pihak, angka stunting perlahan tetapi bisa terus diturunkan. Namun, perlu komitmen jelas dalam penangganannya,” sebut suami Windriani ini.

Berbagai program telah dijalankan Pemkot Prabumulih, di usianya ke 22 tahun ini pembangunan Prabumulih terus bergeliat dan masyarakatnya sejahtera. Selamat hari jadi Prabumulih ke 22, semoga makin maju dan jaya. (rin)

  • Bagikan