PALEMBANG – Masyarakat Kota Palembang dan juga Provinsi Sumsel berduka. Salah satu putra terbaiknya yakni Walikota Palembang periode 1993-2003, Drs. H. Husni MM Bin Zainal tutup usia.
Almarhum yang juga merupakan Mertua dari Gubernur Sumsel H. Herman Deru tersebut menghembuskan napas terakhirnya pada usia 84 tahun, pukul 05.47 wib di RSUD Siti Fatimah Azzahra, Selasa 11 Januari 2022.
Jenazah almarhum ayah kandung Febrita Lustia Herman Deru tersebut disemayamkan di rumah duka di Jalan Srigunting No.6 Komplek PCK Kel 9 Ilir Kec Ilir Timur 2 Kota Palembang. Selanjutnya setelah dishalatkan sekitar pukul 10.30 wib, jenazah almarhum dilepas dengan upacara kenegaraan. Upacara ini dipimpin langsung oleh Gubernur Sumsel H. Herman Deru. Selanjutnya sekitar pukul 10.50 wib jenazah dibawa ke TPU Keluarga di Gandus Kota Palembang.
Sejumlah pejabat dan tokoh masyarakat Kota Palembang maupun Provinsi Sumsel tampak hadir melayat ke rumah duka. Di antaranya Wakil Gubernur Sumsel H. Mawardi Yahya, Ketua DPRD Sumsel Hj. R.A. Anita Noeringhati, Pangdam II Sriwijaya Mayjen TNI Agus Suhardi, Kapolda Sumsel Irjen Pol Toni Harmanto MH, Dirut Bank Sumsel Babel Achmad Syamsudin, Wakil Ketua TP PKK Provinsi Sumsel Hj Fauziah Mawardi Yahya, Walikota Palembang H. Harnojoyo, Walikota Pagaralam Alfian Maskoni, Bupati Ogan Ilir Panca Wijaya Akbar, Wakil Walikota Palembang Fitrianti Agustinda, Sekda Provinsi Sumsel Ir.S.A. Supriono Sekda Kota Palembang Ratu Dewa, dan sejumlah Kepala OPD lainnya di lingkungan Pemprov Sumsel.
Sejumlah mantan pejabat Pemkot Palembang juga tampak hadir melayat ke rumah duka di antaranya mantan Sekda Kota Palembang, Husni Thamrin, mantan Kadis Pariwisata Rahman Zeth, dan mantan Kadisnaker Kota Palembang Marsyal Rustam Wahab.
Di sela kabar duka itu, Gubernur Sumsel H. Herman Deru yang juga merupakan menantu almarhum mengungkapkan sejumlah kenangan yang berkesan selama mengenal sosok almarhum.
Selain birokrat tulen, menurutnya almarhum adalah sosok yang sangat baik dan begitu dekat dengan dirinya. Karena itu kepergian almarhum ini membuat Ia dan keluarga begitu kehilangan.
“Kalau dalam keluarga itu Saya orang yang sangat dekat dengan Papa (almarhum). Sampai Saya menjadi tempat beliau meminta second opinion saat beliau butuh pendapat untuk menentukan jabatan strategis tertentu kala itu. Jadi walaupun Saya tidak bisa memutuskan, tapi pendapat Saya itu jadi second opinion dan sangat didengarkan,” ujar Herman Deru seraya mengenang sosok ayah 7 anak tersebut.
Hal lain yang cukup diingat Herman Deru pada sosok H. Husni kesehariannya yang sangat peduli kesehatan. Ia juga merupakan orang yang sangat higienis, gemar berolahraga bahkan tidak merokok sama sekali.
“Jadi setelah pensiun dan menjadi Walikota itu usianya sudah 60-an. Beliau masih sangat prima,” ujarnya.
Keunikan lainnya yang diingat Herman Deru adalah mertuanya adalah Walikota satu-satunya yang pernah menjabat di bawah empat Presiden berbeda. Yakni Presiden Soeharto, Presiden BJ Habibie, Presiden Gusdur dan Presiden Megawati. ” Ini sejarah juga karena jarang ada yang begitu,” tambah Herman Deru.
Kenangan lain yang tak kalah berkesan diingat Herman Deru adalah pada tahun 1998. Waktu itu kata Herman Deru disaat era reformasi, Ia sangat terkejut karena H. Husni mendadak datang sendirian ke pagi-pagi sekali ke kediamannya di kawasan Hang Jebat.
“Waktu itu Saya habis ngaji dan kaget. Bayangin usia Saya waktu itu baru 30 tahunan dan didatangi orang nomor satu di Palembang,” ujar Herman Deru memulai kenangannya.
Kala itu diketahuinya H. Husni tengah berada di ujung jabatannya di periode pertama menjadi Walikota Palembang.
Dengan ciri khasnya yang sopan dengan siapapun, H. Husni datang dan menanyakan kesibukannya. ” Setelah mengajak Saya duduk, lama sekali dia diam dan akhirnya bicara. “Nak, Papa gak usah nyalon (Walikota) lagi ya” begitu Herman Deru menirukan ucapannya saat itu.
20:45
Mendengar hal tersebut, Herman Deru pun merasa tambah kaget. Ia bingung mengapa mertuanya tiba-tiba bicara begitu. Lantas Iapun langsung menanyakan alasan kenapa almarhum tidak mau mencalonkan diri lagi menjadi walikota.
“Saya penasaran, dan sempat bertanya apa alasannta. Karena kalau lihat kesehatan Papa sangat sehat. Beliau pun diam,” jelas Herman Deru.
Setelah berbincang lebih jauh, Herman Deru pun akhirnya tahu bahwa pada era reformasi itu gejolak terjadi sedemikian rupa. Hampir setiap hari Kantor Walikota didemo massa hingga harus sampai diamankan.
“Saya lalu tanya. Apa beliau merasa ada salah? Kalau tidak, berati itu bukan alasan. Dan Kalau beliau tidak nyalon lagi apakah banyak program-program yang akan terhenti di tengah jalan. Termasuk revitalisasi Pasar 16 Ilir. Saya lalu bilang lagi, kalau papa tinggalkan gelanggang ini nilai-nilai pahalanya akan hilang. Belum tentu penggantinya bisa meneruskan program itu seperti penataan benteng, hingga capaian-capaian adipura. Sayapun memberanikan membantu beliau untuk menghadapi tekanan itu dan akhirnya beliaupun pulang dan bilang mau nyalon lagi,” singkat Herman Deru.
Kesan lain yang tak bisa dilupakannya akan sosok sang mertua adalah ketika H. Husni mengembalikan rumah berikut sertifikat yang sudaj diberikannya kepada almarhum tak lama setelah almarhum pensiun menjadi Walikota.
” Dia 40 tahun menjadi abdi negara dan pejabat tapi beliau tidak kaya. Jadi satu kali beliau nelpon Saya itu sekitar tahun 1997 Ia sedang melihat pameran perumahan. waktu itu Saya masih pengusaha lantas Saya belikan beliau satu rumah di Jakarta,” jelas Herman Deru.
Yang membuatnya terkejut adalah saat almarhum Percha terpilih menjadi Anggota DPD RI. Tiba-tiba H. Husni menyerahkan kembali rumah yang sudah bersertifikat atas namanya itu untuk dirinya.
” Dia bilang ambillah ini, nanti Percha lebih butuh. Orangnya baik sekali. Baik. Sejak Saya kenal tahun 1985 belum pernah Saya lihat beliau marah. Beliau itu marahnya menasehati” jelasnya.
Saking dekatnya Ia dengan almarhum, saat pertama-tama menjabat Bupati OKU Timur, Herman Deru pun banyak meminta bimbingan padanya. Termasuk untuk menentukan disposisi.
“Enam bulan pertama jadi Bupati Saya selalu nelpon beliau dulu kalau mau buat disposisi,” kenang Herman Deru.
Dengan segala kebaikan yang ditorehkan almarhum, Herman Derupun berharap masyarakat ikut mendoakan agar almarhum diberikan tempat terbaik di sisi Allah SWT.
Almarhum H. Husni Bin Zainal diketahui lahir di Bandar Agung Lahat 26 Juli 1936. Almarhum meninggalkan seorang istri Hj Ailuni Husni dan 7 orang anak. Masing-masing yakni, Yuanita Lusvina, Febrita Lustia, Lucy Yoshinta, Firnaz Lustian, Fitri Luswindra, Sixta Lushanti, dan Lusapta Yudha Kurnia.
Sementara itu diwawancarai usai melayat di rumah duka, Wakil Gubernur Sumsel H. Mawardi Yahya mengatakan sosok almarhum dikenalnya begitu baik. Almarhum menurutnya sangat ramah pada siapapun walaupun pernah menjadi Walikota dua periode dan punya menantu Gubernur.
“Orangnya ramah sekali. Baik dan cool. Tidak sombong, semoga apa yang sudah dikerjakan beliau berkah dan mari sama-sama kita doakan almarhum diberikan tempat terbaik di sisi Allah SWT,” pungkasnya. (hms/red/fs)